Minggu, 22 Mei 2011

PENTINGNYA KONSERVASI BURUNG

Burung, demikian nama akrabnya, merupakan anggota kelompok hewan bertulang belakang  yang memiliki bulu, sayap, dan sebagian besar memiliki kemampuan untuk terbang. Burung merupakan inspirasi bagi manusia untuk menciptakan pesawat terbang. Burung merupakan hewan yang indah dan karenanya banyak dipeliharan manusia untuk memenuhi kebutuhan baik itu diambil telur,bulu, daging, untuk keperluan kesenangan (kicau burung, adu balap, adu berkelahi, dsb) serta kegiatan ekowisata (bird watching).
Ilmu yang mempelajari tentang burung disebut Ornithologi. Binatang disebut sebagai burung apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Sebagian besar tubuhnya ditutupi bulu.
2.        Terdapat 2 pasang anggota badan, 1 pasang anterior menjadi sayap, dan 1 pasang posterior menjadi kaki untuk berjalan/mengais (Galliformes & Ciconiiformes), mencakar (Falconiformes & Strigiformes) atau berenang dengan selaput pada jari kaki (Pelecaniformes & Anseriiformes). Masing-masing kaki memiliki 4 jari kaki.
3.        Rangkanya halus, kuat, dibentuk dari tulang sejati. Mulutnya merupakan suatu tonjolan berupa paruh (dari zat tanduk), tidak ada gigi, leher yang fleksibel.
4.        Jantung terdiri dari 4 ruang (2 atrium dan ventrikel yang terpisah).
5.        Respirasi oleh paru-parudan berhubungan dengan kantung-kantung udara.
Taman Nasional Komodo selain menjadi habitat satwa purba komodo, juga merupakan habitat bagi burung-burung. Tercatat ada sekitar 77 jenis burung menggantungkan hidupnya di Taman Nasional Komodo (data RPTN 2000). Aktifitas burung-burung yang ada di Taman Nasional Komodo berdasarkan waktu ada yang diurnal (aktif di malam hari) dan ada pulayang nocturnal (aktif di malam hari). Ada yang mencari makan di wilayah perairan (seperti burung elang laut, elang bondol, itik laut, dsb), dan ada pula yang mencari makan di wilayah daratan (burung gosong, burung kakatua jambul kuning, dsb).

BENTUK KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat terutama yang tinggal di daerah Jawa Timur digemparkan oleh serangan ulat bulu yang jumlahnya bisa mencapai jutaan. Pohon-pohon dimana-mana diserang oleh ulat bulu dan karena jumlahnya yang sangat banyak, sampai masuk ke dalam rumah. Keberadaan ulat yang terlalu banyak juga dapat merusak tanaman pertanian dan perkebunan, bahkan juga tanaman kehutanan. Namun, sebenarnya lingkungan mampu memproteksi diri dalam bentuk keseimbangan alam. Di saat kondisi keseimbangan ekosistem rantai makanan terganggu, maka akan berakibat pada meledaknya suatu populasi karena tidak ada pemangsanya.Kembali lagi ke masalah burung, serangan ulat bulu tersebut dimungkinkan karena adanya pergeseran cuaca yang menyebabkan telur kupu-kupu tidak menetas dan menetas secara bersamaan dalam jumlah yang sangat banyak, sementara predatornya sendiri yaitu burung yang memakan ulat tersebut sudah banyak di tangkap manusia untuk kesenangan.
Burung mempunyai peranan yang sangat penting di dalam mengendalikan lingkungan. Manfaat burung di alam bagi kehidupan atau yang sering disebut sebagai fungsi ekologi burung adalah sebagai berikut :
1.        Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), bahkan bisa juga berfungsi sebagai bioindikator perubahan lingkungan.
2.        Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik.
3.        Sebagai predator hama (serangga, tikus, ulat, dsb.)
4.        Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.
5.        Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata melalui kegiatan ekowisata bird watching.

KEPENTINGAN KONSERVASI
Semua burung yang ada di Taman Nasional Komodo dilindungi. Burung-burung tersebut bersama dengan sumber daya alam hayati yang ada di Taman Nasional Komodo merupakan bentuk ekosistem hidupan liar yang seimbang. Keberadaan burung gosong di Taman Nasional Komodo sangat berkaitan erat dengan konservasi komodo karena sebagian besar sarang komodo memanfaatkan sarang gundukan burung gosong. Burung-burung yang ada di Taman Nasional Komodo ada yang berfungsi sebagai predator (Elang laut, elang flores, alap-alap), dan ada juga yang berfungsi sebagai penyerbuk (burung madu), dll. Karena burung memiliki peranan penting di dalam kehidupan, maka untuk kepentingan penelitian semua burung yang ada di kawasan Taman Nasional dilindungi untuk kepentingan konservasi dan Taman Nasional Komodo berperan sebagai laboratorium alam.

KEPENTINGAN EKOWISATA
Bentuk-bentuk pemanfaatan burung yang diperbolehkan di Taman Nasional Komodo adalah untuk kepentingan ekowisata bird watching yaitu kegiatan pengamatan terhadap burung yang dilakukan di alam terbuka, aspek yang diamati mulai dari identifikasi jenis berdasarkan morfologi, identifikasi lewat suara, behaviour, populasi, distribusi, dsb. Kegiatan pengamatan burung merupakan kegiatan menikmati keindahan burung baik morfologi maupun suaranya secara langsung di alam bebas dan merupakan bentuk penghargaan kita dengan alam dan antar sesama makhluk hidup. Kegiatan pengamatan burung di setiap daerah untuk setiap jenis burung berbeda-beda dan bisa dikaitkan dengan fungsi olah raga.
Kegiatan pengamatan burung erat kaitannya dengan olah raga. Seorang pengamat burung cenderung untuk bergerak mencari objek yang kerap kali dilakukan dengan berjalan kaki. Sambil mengamati burung, tanpa terasa kita bisa berjalan dan cukup untuk mengeluarkan keringat serta melatih otot kaki. Waktu terbaik mengamati burung adalah pada saat burung aktif yaitu pukul 06.00-10.00, saat di mana udara masih terasa segar. Pengamatan juga biasa dilakukan pada sore hari ketika sinar matahari sudah tidak begitu terik menyengat.
Untuk mengamati burung jenis tertentu yang bersarang di tebing atau di pohon-pohon yang tinggi seperti melihat aktifitas anak burung elang atau yang lainnya yang masih berada di sarang burung elang ataupun yang lainnya, kegiatan pengamatan burung seperti ini menjadi kegiatan olah raga yang cukup menantang dan berbahaya, karena di dalam aktifitasnya menggunakan tali untuk repling ataupun harus memanjat pohon yang cukup besar dan tinggi untuk melihat aktifitas burung dan ini cukup berbahaya andaikata tidak memiliki keahlian tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, Buku 1 : Managemen Pengelolaan. Balai Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo.

Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, Buku 2 : Data dan Analisis. Balai Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo.

Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, Buku 3 : Rencana Pengelolaan. Balai Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo.

Anonim, 2010. Pengamatan burung (Bird watching) hobby baru yang menantang. http://eastjavaecotourism.wordpress.com/2010/06/04/pengamatan-burung-bird-watching-hobby-baru-yang-menantang/

Deriramdhani. 2008. Burung & Dasar-dasar Birdwatching. http://deriramdhani. wordpress.com/2008/02/27/burung-dasar-dasar-birdwatching/

 

Ahira, Anne. 2011. Pelestarian Jenis Burung Indonesia. http://www.anneahira.com/jenis-burung.htm

Senin, 02 Mei 2011

Cerita Perjalanan Mengikuti Lokakarya Menginspirasi Konservasi Berbasis Komunitas

Memahami arti konservasi terkadang menjadi salah kaprah ketika kita hanya melihat adanya larangan-larangan terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Konservasi merupakan perpaduan antara aspek perlindungan, aspek pengawetan, dan aspek pemanfaatan. Konservasi dalam skala masyarakat lokal lebih terlihat dengan adanya bentuk-bentuk kearifan lokal yang telah berkembang secara turun-temurun di masyarakat adat yang ada di masyarakat lokal di dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam. Konservasi merupakan bentuk dari pemanfaatan secara arif terhadap sumber daya hayati secara berkelanjutan tanpa merusak sumber daya hayati itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya hayati merupakan bentuk penggunaan sumber daya alam yang cukup kompleks dimana terdapat tekanan ekologi, sosial ekonomi yang semakin meningkat pada skala yang berbeda untuk tiap daerah. Pada tingkat lokal, konservasi banyak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya hayati, perubahan dalam kondisi dinamika sosial kemasyarakatan, dan kepentingan stakeholder terhadap sumber daya hayati. Sedangkan pada tataran global, konservasi lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim, permintaan untuk produk keanekaragaman hayati dan ekowisata.

KEBENARAN TEORI MALTHUS
Sebelum masyarakat mengenal bentuk-bentuk kegiatan ekowisata, masyarakat lokal telah memanfaatkan produk keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dalam bentuk kearifan lokal yang berbeda-beda untuk tiap daerah. Dalam perkembangannya, praktek pemanfaatan sumber daya hayati di tingkat site mengalami perubahan dan boleh dikatakan terdapat dua kelompok yaitu kelompok masyarakat yang memanfaatkan produk keanekaragaman hayati (masyarakat nelayan/petani/lokal) dan kelompok masyarakat yang memanfaatkan jasa keanekaragaman hayati (masyarakat wisata) dalam bentuk kegiatan ekowisata.
Thomas Robert Malthus (lahir di Surrey, Inggris, 13 Februari 1766), adalah seorang pendeta dan sekaligus pakar demografi dan politik di Inggris. Beliau mengeluarkan sebuah Teori Kependudukan Malthus (pertumbuhan penduduk) yang menyatakan bahwa: “Pertumbuhan penduduk menurut deret ukur dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung”. Malthus membuat ramalan (1798) yang terkenal bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. Dari teori tersebut, ada kaitannya dengan bentuk-bentuk pemanfaatan keanekaragaman hayati dimana sumber daya alam hayati merupakan produk yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan masyarakat sebagai populasi penduduk. Sumber daya alam hayati akan terus bertambah sampai diperoleh kondisi stabil dimana tidak terjadi pertambahan sama sekali, sedangkan pertumbuhan masyarakat akan terus bertambah secara pesat, dan andaikata pertumbuhannya tidak terkontrol, maka akan mengakibatkan pemanfaatan sumber daya alam hayati tidak terkontrol dan akhirnya aspek pemanfaatan sumber daya hayati menjadi tidak seimbang. Andaikata hal ini tidak disikapi secara bijak, tidak mungkin akan terjadi kerusakan terhadap sumber daya alam hayati.

MENGINSPIRASI KONSERVASI BERBASIS KOMUNITAS
Lokakarya ini diselenggarakan oleh RARE di Hotel Santika, Bogor pada tanggal 18 – 19 April 2011 dengan tema Menginspirasi Konservasi Berbasis Komunitas dalam bentuk Kampanye Pride yang menitikberatkan pada usaha pengelolaan kawasan perlindungan laut secara efektif. Pendekatan upaya-upaya konservasi sangat ditentukan oleh kuatnya dukungan masyarakat yang merupakan subjek dari pelaku konservasi itu sendiri atau dengan kata lain menerapkan konservasi pada skala manusia. Fakta yang selama ini terjadi, degradasi lingkungan dan keanekaragaman hayati terjadi karena perilaku perbuatan manusia sewaktu berinteraksi dengan sumber daya alamnya sehingga strategi konservasi perlu diarahkan pada strategi komunikasi untuk perubahan perilaku destruktif manusia. Boleh dikatakan ini merupakan bagian dari strategi aspek pengawetan di dalam aspek konservasi melalui sistem social marketing. Strategi yang dikembangkan oleh RARE ini melalui Kampanye Pride bekerja dalam tiga dimensi yaitu membangun kapasitas kelembagaan, membangun konstituen, dan untuk mencapai hasil-hasil konservasi melalui pengurangan terhadap ancaman kerusakan lingkungan. Tujuannya adalah untuk menginspirasi komunitas khalayak sasaran untuk merubah perilaku destruktif  dan mendukung upaya pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan sebagai bagian dari aspek pemanfaatan dalam pilar konservasi.
 
PENGALAMAN BARU, ILMU BARU (TENTANG TEORI PERUBAHAN)
Selama mengikuti Lokakarya RARE tersebut, ada pengetahuan baru yang selama ini belum dimiliki dan diketahui dan bahkan masih jauh dari “awang-awang”. Pengetahuan tersebut bernama Teori Perubahan di dalam konservasi yang akan memberi kita kerangka pemahaman bagaimana perubahan itu terjadi. Dalam kerangka kerjanya tentu akan ada pemahaman tentang anthropologi dan komunikasi untuk meredakan atau mengurangi ancaman-ancaman konservasi dan dalam prakteknya sangat membutuhkan totalitas dalam penyampaiannya kepada khalayak sasaran yang merupakan pelaku dari konservasi.
Teori perubahan dengan pendekatan social marketing yang dikembangkan dalam kampanye RARE PRIDE mengikuti formula sebagai berikut :
K + A + IC + BR --->BC---> TR  ---> CR
Keterangan :
CR       :  Conservation Result/ Hasil Konservasi
TR       :  Threat Reduction/ Pengurangan Ancaman
BC       :  Behaviour Cange/ Perubahan Perilaku
BR       :  Barrier Removal/ Penyingkiran Halangan
IC        :  Interpersonal Communication/ Komunikasi Antarpersonal
A         :  Attitude/ Sikap
K         :  Knowledge/ Pengetahuan

ELABORASI DENGAN MANAJEMEN BERBASIS RESORT
Dalam praktek di lapangan, teori perubahan melalui kampanye Pride merupakan salah satu bentuk penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat sebagai pengguna sumber daya alam hayati dengan menggunakan aspek komunikasi yang lebih sesuai dengan dinamika sosial budaya masyarakat. Dalam penerapan manajamen pengelolaan kawasan konservasi, mungkin hal tersebut akan lebih tepat dengan penggabungan teori perubahan di dalam aspek pengawetan dan perlindungan dengan manajemen pengelolaan kawasan berbasis resort yang menerapkan resort sebagai ujung tombak pengelolaan di lapangan dan menempatkan sumber daya manusia di resort dengan bekal ilmu sosiologi dan komunikasi untuk dapat berinteraksi dan melakukan intervensi sosial di dalam penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan totalitas di dalam penerapan di tingkat site, tentunya perubahan perilaku masyarakat yang destruktif terkadang tidaklah cepat dan mungkin memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pendampingan dan penyuluhan dengan metode-metode tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi di dalam sebuah manajemen pengelolaan kawasan konservasi.

Selasa, 26 April 2011

Penggunaan sianida untuk menangkap ikan (Sungguh merusak terumbu karang)

Sejarah Penggunaan Sianida
Sianida merupakan bahan kimia beracun yang sangat mematikan. Sejarah penggunaan sianida di dalam kehidupan manusia sudah ada sejak tahunan silam. Bahkan pada saat perang dunia pertama, manusia sudah menggunakan sianida didalam keperluan perang. Efek yang ditimbulkan oleh sianida sangat cepat dan dapat mampu mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa saat. Di pasaran, sianida dalam bentuk cair dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida memiliki rumus kimia HCN dan merupakan cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. Sianida bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air (mudah larut). Sianida dalam bentuk padat/solid dalam senyawa Sodium Sianida(NaCN) dan Kalium Sianida (KCN). Senyawa tersebut sangat reaktif dan mudah sekali larut dalam air. Ketika larut dalam air maka akan terjadi reaksi sbb :

KCN + H2O    ---------> HCN + K2O
NaCN + H2O  ----------> HCN + Na2O


Penggunaan Sianida di dalam menangkap ikan.
Penggunaan sianida untuk menangkap ikan karang hidup masih banyak dijumpai di antara masyarakat tradisional. Perilaku ini merupakan salah satu perilaku ancaman masyarakat terhadap kelestarian lingkungan. Konsentrasi sianida yang terlarut dalam air yang dimasukkan ke dalam botol minuman kemasan (masyarakat biasanya menggunakannya dengan cara seperti itu) digunakan untuk tidak membunuh, tetapi hanya untuk menenagkan ikan target sehingga mudah untuk ditangkap. Sebagian besar, penangkapan ikan menggunakan sianida pada masyarakat tradisional, penyelam menggunakan "hookah" kompresor dan selang untuk memasok udara. Seorang penyelam pada selang "hookah"-kompresor akan turun dengan kedalaman 10-40 meter. Setelah melihat ikan target, penyelam akan mengejar ikan yang lari ke celah terumbu karang dan kemudian menyemprotkan sianida dari botol plastik ke celah terumbu karang. Karena menghisap air yang mengandung sianida, ikan menjadi lemas, keluar dari celah terumbu karang dan mudah ditangkap. Efek samping yang ditimbulkan adalah kematian terumbu karang akibat dari sianida. Karang yang terkena sianida akan memutih dan akhirnya mati. Kerusakan ini akan berdampak luas sepanjang sianida hanyut terbawa arus laut. Bagi kesehatan, sianida akan menempel pada jaringan lemak pada ikan (sangat mudah) dan ikan yang ditangkap dengan sianida dan dikonsumsi oleh manusia tentunya secara tidak langsung akan membawa sianida ke dalam tubuh manusia.

Senin, 25 April 2011

Antara Sarang Komodo dan Sarang Burung Gosong


Biawak komodo merupakan kadal terbesar yang sebarannya di Taman Nasional Komodo saat ini terbatas  di empat pulau dalam populasi terpisah yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Nusa Kode, dan Gili Motang. Komodo berkembang biak dengan bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di sarang. Tipe sarang komodo sendiri ada 3 jenis, yaitu sarang gundukan tanah, sarang di tebing dan sarang tanah. Sarang komodo dinyatakan aktif apabila ada aktifitas penggalian terbaru atau adanya pengamatan berulang oleh Komodo Betina terhadap darang dan sarang tidak aktif jika tidak terdapat aktifitas penggalian terbaru selama musim bersarang. Penyebaran sarang komodo di kawasan Taman Nasional Komodo biasanya berada di lembah-lembah yang merupakan hutan gugur terbuka. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh San Diego (2003), menyatakan bahwa 62 % sarang yang digunakan oleh komodo untuk bertelur adalah sarang gundukan, 19 % berupa sarang bukit, dan 19 % berupa sarang permukaan tanah. Sarang gundukan adalah tipe sarang yang berupa gundukan tanah dan biasanya berupa sarang dari burung gosong yang dimanfaatkan oleh Komodo Betina untuk bertelur. Sarang permukaan tanah adalah jenis sarang komodo yang digali oleh komodo sendiri di atas permukaan tanah yang relatif rata. Begitu juga dengan sarang tebing, merupakan tipe sarang komodo yang digali sendiri oleh komodo di tebing yang lereng.
Burung gosong kaki merah merupakan salah satu kekayaan fauna yang dimiliki oleh Taman Nasional Komodo. Burung gosong kaki merah di Taman Nasional Komodo tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Gili Motang. Burung gosong berkembang biak dengan bertelur dan menetaskan telurnya dengan menanamkan telurnya di sarang tanah yang dibuatnya dengan model gundukan tanah. Sarang burung gosong ini cukup besar dan berdiameter sampai 2 meter dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter. Sarang gundukan ini merupakan salah satu sumber penting untuk komodo betina dimana hasil penelitian dari San Diego (2003) menunjukkan bahwa 62 %  sarang komodo betina memanfaatkan sarang burung gosong sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Antara komodo dan burung gosong merupakan bentuk simbiosis parasitisma dalam hal penggunaan sarang gundukan. Mengingat mayoritas komodo betina menggunakan sarang burung gosong sebagai tempat untuk bertelur, maka kelestarian dari komodo secara tidak langsung bergantung dari kelestarian dari burung gosong.

LAHAN BASAH DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

1.                         Pengertian lahan basah
Lahan basah adalah suatu wilayah yang tergenang air, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, mengalir atau tergenang, tawar asin atau payau, termasuk di dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut paling rendah. Taman Nasional Komodo merupakan kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi baik itu di wilayah terestrial maupun perairan. Di wilayah perairan, lahan basah memiliki peranan yang sangat vital bagi denyut nadi konservasi jangka panjang.

2.                          Jenis-jenis dan manfaat lahan basah di Taman Nasional Komodo.
Jenis-jenis lahan basah dapat berupa rawa, hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, danau, muara, sungai, sawah, tambak dan kolam garam. Lahan basah yang ada di Taman Nasional Komodo dapat ditemukan dalam bentuk hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun.
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Akar pohon dari jenis mangrove mempunyai bentuk adaptasi untuk  keperluan respirasi. Bisa berupa akar lutut, akar tunjang, maupun bentuk yang lainnya. Beberapa jenis mangrove yang terkenal antara lain Bakau (Rhizopora spp.), Api-api (Avicennia spp.), Pedada (Sonneratia spp.) dan Tanjang (Bruguiera spp.)

 Gambar 1.  Peta penyebaran vegetasi rumput laut dan bakau di Taman Nasional Komodo

Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae merupakan suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang



Gambar 2.  Peta penyebaran terumbu karang di Taman Nasional Komodo
Gambar 3. Terumbu karang dangkal di depan Kampung Rinca.

Padang lamun merupakan ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Terkadang, vegetasi lamun dijumpai setelah vegetasi mangrove dan fungsinya dapat berperan sebagai filter lumpur /tanah yang hanyut bersama air ke pantai setelah mampu lolos tertahan oleh perakaran vegetasi mangrove. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Di Taman Nasional Komodo, lamun adalah sumber pakan utama duyung. dan didominasi tumbuhan

       Pemanfaatan lahan basah di Taman Nasional Komodo oleh masyarakat
Ekosistem Mangrove yang sehat memberikan manfaat yang begitu penting bagi masyarakat. Mangrove merupakan pelindung alami yang kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai dan juga penahan angin pantai yang berhembus kencang, selain itu sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, kepiting, dan burung. Pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat adalah sebagai tempat untuk mencari sumber daya perairan seperti ikan, udang, dan kepiting bakau. Persebaran mangrove di Taman Nasional Komodo dapat dilihat pada gambar 1 tersebut di atas.
Paparan terumbu karang di Taman Nasional Komodo dapat ditemui hampir di sekeliling pulau-pulau sampai kedalaman 40 meter. Persebaran terumbu karang di Taman Nasional Komodo dapat dilihat pada Gambar 2. Paparan terumbu karang yang sehat merupakan tempat bagi ikan untuk berpijah dan juga sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll, sebagai benteng " pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat pantai dan juga sebagai tempat untuk wisata (dive spot). Sebagian besar terumbu karang di Taman Nasional Komodo masuk dalam zona bahari (Wilayah Larang Ambil) dikarenakan fungsinya yang sangat vital bagi keberlanjutan pemanfaatan sumber daya perikanan. Pantai-pantai yang dangkal di sekitar Taman Nasional Komodo baik itu di sekitar zona pemukiman maupun di zona pemanfaatan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai daerah untuk budidaya rumput laut.
Ekosistem padang lamun di Taman Nasional Komodo dapat ditemukan di beberapa tempat. Ekosistem ini berada di antara ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Padang lamun yang berada di sekitar Pulau Papagaran merupakan daerah bertelurnya ikan sancara yang sangat lezat rasanya dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Pemanfaatan padang lamun oleh masyarakat selama ini, masih terbatas sebagai daerah untuk mencari sumber daya laut seperti teripang, kepiting, maupun ikan sancara.