Minggu, 22 Mei 2011

PENTINGNYA KONSERVASI BURUNG

Burung, demikian nama akrabnya, merupakan anggota kelompok hewan bertulang belakang  yang memiliki bulu, sayap, dan sebagian besar memiliki kemampuan untuk terbang. Burung merupakan inspirasi bagi manusia untuk menciptakan pesawat terbang. Burung merupakan hewan yang indah dan karenanya banyak dipeliharan manusia untuk memenuhi kebutuhan baik itu diambil telur,bulu, daging, untuk keperluan kesenangan (kicau burung, adu balap, adu berkelahi, dsb) serta kegiatan ekowisata (bird watching).
Ilmu yang mempelajari tentang burung disebut Ornithologi. Binatang disebut sebagai burung apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Sebagian besar tubuhnya ditutupi bulu.
2.        Terdapat 2 pasang anggota badan, 1 pasang anterior menjadi sayap, dan 1 pasang posterior menjadi kaki untuk berjalan/mengais (Galliformes & Ciconiiformes), mencakar (Falconiformes & Strigiformes) atau berenang dengan selaput pada jari kaki (Pelecaniformes & Anseriiformes). Masing-masing kaki memiliki 4 jari kaki.
3.        Rangkanya halus, kuat, dibentuk dari tulang sejati. Mulutnya merupakan suatu tonjolan berupa paruh (dari zat tanduk), tidak ada gigi, leher yang fleksibel.
4.        Jantung terdiri dari 4 ruang (2 atrium dan ventrikel yang terpisah).
5.        Respirasi oleh paru-parudan berhubungan dengan kantung-kantung udara.
Taman Nasional Komodo selain menjadi habitat satwa purba komodo, juga merupakan habitat bagi burung-burung. Tercatat ada sekitar 77 jenis burung menggantungkan hidupnya di Taman Nasional Komodo (data RPTN 2000). Aktifitas burung-burung yang ada di Taman Nasional Komodo berdasarkan waktu ada yang diurnal (aktif di malam hari) dan ada pulayang nocturnal (aktif di malam hari). Ada yang mencari makan di wilayah perairan (seperti burung elang laut, elang bondol, itik laut, dsb), dan ada pula yang mencari makan di wilayah daratan (burung gosong, burung kakatua jambul kuning, dsb).

BENTUK KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat terutama yang tinggal di daerah Jawa Timur digemparkan oleh serangan ulat bulu yang jumlahnya bisa mencapai jutaan. Pohon-pohon dimana-mana diserang oleh ulat bulu dan karena jumlahnya yang sangat banyak, sampai masuk ke dalam rumah. Keberadaan ulat yang terlalu banyak juga dapat merusak tanaman pertanian dan perkebunan, bahkan juga tanaman kehutanan. Namun, sebenarnya lingkungan mampu memproteksi diri dalam bentuk keseimbangan alam. Di saat kondisi keseimbangan ekosistem rantai makanan terganggu, maka akan berakibat pada meledaknya suatu populasi karena tidak ada pemangsanya.Kembali lagi ke masalah burung, serangan ulat bulu tersebut dimungkinkan karena adanya pergeseran cuaca yang menyebabkan telur kupu-kupu tidak menetas dan menetas secara bersamaan dalam jumlah yang sangat banyak, sementara predatornya sendiri yaitu burung yang memakan ulat tersebut sudah banyak di tangkap manusia untuk kesenangan.
Burung mempunyai peranan yang sangat penting di dalam mengendalikan lingkungan. Manfaat burung di alam bagi kehidupan atau yang sering disebut sebagai fungsi ekologi burung adalah sebagai berikut :
1.        Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), bahkan bisa juga berfungsi sebagai bioindikator perubahan lingkungan.
2.        Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik.
3.        Sebagai predator hama (serangga, tikus, ulat, dsb.)
4.        Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.
5.        Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata melalui kegiatan ekowisata bird watching.

KEPENTINGAN KONSERVASI
Semua burung yang ada di Taman Nasional Komodo dilindungi. Burung-burung tersebut bersama dengan sumber daya alam hayati yang ada di Taman Nasional Komodo merupakan bentuk ekosistem hidupan liar yang seimbang. Keberadaan burung gosong di Taman Nasional Komodo sangat berkaitan erat dengan konservasi komodo karena sebagian besar sarang komodo memanfaatkan sarang gundukan burung gosong. Burung-burung yang ada di Taman Nasional Komodo ada yang berfungsi sebagai predator (Elang laut, elang flores, alap-alap), dan ada juga yang berfungsi sebagai penyerbuk (burung madu), dll. Karena burung memiliki peranan penting di dalam kehidupan, maka untuk kepentingan penelitian semua burung yang ada di kawasan Taman Nasional dilindungi untuk kepentingan konservasi dan Taman Nasional Komodo berperan sebagai laboratorium alam.

KEPENTINGAN EKOWISATA
Bentuk-bentuk pemanfaatan burung yang diperbolehkan di Taman Nasional Komodo adalah untuk kepentingan ekowisata bird watching yaitu kegiatan pengamatan terhadap burung yang dilakukan di alam terbuka, aspek yang diamati mulai dari identifikasi jenis berdasarkan morfologi, identifikasi lewat suara, behaviour, populasi, distribusi, dsb. Kegiatan pengamatan burung merupakan kegiatan menikmati keindahan burung baik morfologi maupun suaranya secara langsung di alam bebas dan merupakan bentuk penghargaan kita dengan alam dan antar sesama makhluk hidup. Kegiatan pengamatan burung di setiap daerah untuk setiap jenis burung berbeda-beda dan bisa dikaitkan dengan fungsi olah raga.
Kegiatan pengamatan burung erat kaitannya dengan olah raga. Seorang pengamat burung cenderung untuk bergerak mencari objek yang kerap kali dilakukan dengan berjalan kaki. Sambil mengamati burung, tanpa terasa kita bisa berjalan dan cukup untuk mengeluarkan keringat serta melatih otot kaki. Waktu terbaik mengamati burung adalah pada saat burung aktif yaitu pukul 06.00-10.00, saat di mana udara masih terasa segar. Pengamatan juga biasa dilakukan pada sore hari ketika sinar matahari sudah tidak begitu terik menyengat.
Untuk mengamati burung jenis tertentu yang bersarang di tebing atau di pohon-pohon yang tinggi seperti melihat aktifitas anak burung elang atau yang lainnya yang masih berada di sarang burung elang ataupun yang lainnya, kegiatan pengamatan burung seperti ini menjadi kegiatan olah raga yang cukup menantang dan berbahaya, karena di dalam aktifitasnya menggunakan tali untuk repling ataupun harus memanjat pohon yang cukup besar dan tinggi untuk melihat aktifitas burung dan ini cukup berbahaya andaikata tidak memiliki keahlian tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, Buku 1 : Managemen Pengelolaan. Balai Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo.

Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, Buku 2 : Data dan Analisis. Balai Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo.

Anonim. 2000. Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, Buku 3 : Rencana Pengelolaan. Balai Taman Nasional Komodo. Labuan Bajo.

Anonim, 2010. Pengamatan burung (Bird watching) hobby baru yang menantang. http://eastjavaecotourism.wordpress.com/2010/06/04/pengamatan-burung-bird-watching-hobby-baru-yang-menantang/

Deriramdhani. 2008. Burung & Dasar-dasar Birdwatching. http://deriramdhani. wordpress.com/2008/02/27/burung-dasar-dasar-birdwatching/

 

Ahira, Anne. 2011. Pelestarian Jenis Burung Indonesia. http://www.anneahira.com/jenis-burung.htm

Senin, 02 Mei 2011

Cerita Perjalanan Mengikuti Lokakarya Menginspirasi Konservasi Berbasis Komunitas

Memahami arti konservasi terkadang menjadi salah kaprah ketika kita hanya melihat adanya larangan-larangan terhadap pemanfaatan sumber daya alam. Konservasi merupakan perpaduan antara aspek perlindungan, aspek pengawetan, dan aspek pemanfaatan. Konservasi dalam skala masyarakat lokal lebih terlihat dengan adanya bentuk-bentuk kearifan lokal yang telah berkembang secara turun-temurun di masyarakat adat yang ada di masyarakat lokal di dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam. Konservasi merupakan bentuk dari pemanfaatan secara arif terhadap sumber daya hayati secara berkelanjutan tanpa merusak sumber daya hayati itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya hayati merupakan bentuk penggunaan sumber daya alam yang cukup kompleks dimana terdapat tekanan ekologi, sosial ekonomi yang semakin meningkat pada skala yang berbeda untuk tiap daerah. Pada tingkat lokal, konservasi banyak dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya hayati, perubahan dalam kondisi dinamika sosial kemasyarakatan, dan kepentingan stakeholder terhadap sumber daya hayati. Sedangkan pada tataran global, konservasi lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim, permintaan untuk produk keanekaragaman hayati dan ekowisata.

KEBENARAN TEORI MALTHUS
Sebelum masyarakat mengenal bentuk-bentuk kegiatan ekowisata, masyarakat lokal telah memanfaatkan produk keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dalam bentuk kearifan lokal yang berbeda-beda untuk tiap daerah. Dalam perkembangannya, praktek pemanfaatan sumber daya hayati di tingkat site mengalami perubahan dan boleh dikatakan terdapat dua kelompok yaitu kelompok masyarakat yang memanfaatkan produk keanekaragaman hayati (masyarakat nelayan/petani/lokal) dan kelompok masyarakat yang memanfaatkan jasa keanekaragaman hayati (masyarakat wisata) dalam bentuk kegiatan ekowisata.
Thomas Robert Malthus (lahir di Surrey, Inggris, 13 Februari 1766), adalah seorang pendeta dan sekaligus pakar demografi dan politik di Inggris. Beliau mengeluarkan sebuah Teori Kependudukan Malthus (pertumbuhan penduduk) yang menyatakan bahwa: “Pertumbuhan penduduk menurut deret ukur dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung”. Malthus membuat ramalan (1798) yang terkenal bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. Dari teori tersebut, ada kaitannya dengan bentuk-bentuk pemanfaatan keanekaragaman hayati dimana sumber daya alam hayati merupakan produk yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan masyarakat sebagai populasi penduduk. Sumber daya alam hayati akan terus bertambah sampai diperoleh kondisi stabil dimana tidak terjadi pertambahan sama sekali, sedangkan pertumbuhan masyarakat akan terus bertambah secara pesat, dan andaikata pertumbuhannya tidak terkontrol, maka akan mengakibatkan pemanfaatan sumber daya alam hayati tidak terkontrol dan akhirnya aspek pemanfaatan sumber daya hayati menjadi tidak seimbang. Andaikata hal ini tidak disikapi secara bijak, tidak mungkin akan terjadi kerusakan terhadap sumber daya alam hayati.

MENGINSPIRASI KONSERVASI BERBASIS KOMUNITAS
Lokakarya ini diselenggarakan oleh RARE di Hotel Santika, Bogor pada tanggal 18 – 19 April 2011 dengan tema Menginspirasi Konservasi Berbasis Komunitas dalam bentuk Kampanye Pride yang menitikberatkan pada usaha pengelolaan kawasan perlindungan laut secara efektif. Pendekatan upaya-upaya konservasi sangat ditentukan oleh kuatnya dukungan masyarakat yang merupakan subjek dari pelaku konservasi itu sendiri atau dengan kata lain menerapkan konservasi pada skala manusia. Fakta yang selama ini terjadi, degradasi lingkungan dan keanekaragaman hayati terjadi karena perilaku perbuatan manusia sewaktu berinteraksi dengan sumber daya alamnya sehingga strategi konservasi perlu diarahkan pada strategi komunikasi untuk perubahan perilaku destruktif manusia. Boleh dikatakan ini merupakan bagian dari strategi aspek pengawetan di dalam aspek konservasi melalui sistem social marketing. Strategi yang dikembangkan oleh RARE ini melalui Kampanye Pride bekerja dalam tiga dimensi yaitu membangun kapasitas kelembagaan, membangun konstituen, dan untuk mencapai hasil-hasil konservasi melalui pengurangan terhadap ancaman kerusakan lingkungan. Tujuannya adalah untuk menginspirasi komunitas khalayak sasaran untuk merubah perilaku destruktif  dan mendukung upaya pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan sebagai bagian dari aspek pemanfaatan dalam pilar konservasi.
 
PENGALAMAN BARU, ILMU BARU (TENTANG TEORI PERUBAHAN)
Selama mengikuti Lokakarya RARE tersebut, ada pengetahuan baru yang selama ini belum dimiliki dan diketahui dan bahkan masih jauh dari “awang-awang”. Pengetahuan tersebut bernama Teori Perubahan di dalam konservasi yang akan memberi kita kerangka pemahaman bagaimana perubahan itu terjadi. Dalam kerangka kerjanya tentu akan ada pemahaman tentang anthropologi dan komunikasi untuk meredakan atau mengurangi ancaman-ancaman konservasi dan dalam prakteknya sangat membutuhkan totalitas dalam penyampaiannya kepada khalayak sasaran yang merupakan pelaku dari konservasi.
Teori perubahan dengan pendekatan social marketing yang dikembangkan dalam kampanye RARE PRIDE mengikuti formula sebagai berikut :
K + A + IC + BR --->BC---> TR  ---> CR
Keterangan :
CR       :  Conservation Result/ Hasil Konservasi
TR       :  Threat Reduction/ Pengurangan Ancaman
BC       :  Behaviour Cange/ Perubahan Perilaku
BR       :  Barrier Removal/ Penyingkiran Halangan
IC        :  Interpersonal Communication/ Komunikasi Antarpersonal
A         :  Attitude/ Sikap
K         :  Knowledge/ Pengetahuan

ELABORASI DENGAN MANAJEMEN BERBASIS RESORT
Dalam praktek di lapangan, teori perubahan melalui kampanye Pride merupakan salah satu bentuk penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat sebagai pengguna sumber daya alam hayati dengan menggunakan aspek komunikasi yang lebih sesuai dengan dinamika sosial budaya masyarakat. Dalam penerapan manajamen pengelolaan kawasan konservasi, mungkin hal tersebut akan lebih tepat dengan penggabungan teori perubahan di dalam aspek pengawetan dan perlindungan dengan manajemen pengelolaan kawasan berbasis resort yang menerapkan resort sebagai ujung tombak pengelolaan di lapangan dan menempatkan sumber daya manusia di resort dengan bekal ilmu sosiologi dan komunikasi untuk dapat berinteraksi dan melakukan intervensi sosial di dalam penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan totalitas di dalam penerapan di tingkat site, tentunya perubahan perilaku masyarakat yang destruktif terkadang tidaklah cepat dan mungkin memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pendampingan dan penyuluhan dengan metode-metode tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi di dalam sebuah manajemen pengelolaan kawasan konservasi.