Selasa, 26 April 2011

Penggunaan sianida untuk menangkap ikan (Sungguh merusak terumbu karang)

Sejarah Penggunaan Sianida
Sianida merupakan bahan kimia beracun yang sangat mematikan. Sejarah penggunaan sianida di dalam kehidupan manusia sudah ada sejak tahunan silam. Bahkan pada saat perang dunia pertama, manusia sudah menggunakan sianida didalam keperluan perang. Efek yang ditimbulkan oleh sianida sangat cepat dan dapat mampu mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa saat. Di pasaran, sianida dalam bentuk cair dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida memiliki rumus kimia HCN dan merupakan cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. Sianida bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air (mudah larut). Sianida dalam bentuk padat/solid dalam senyawa Sodium Sianida(NaCN) dan Kalium Sianida (KCN). Senyawa tersebut sangat reaktif dan mudah sekali larut dalam air. Ketika larut dalam air maka akan terjadi reaksi sbb :

KCN + H2O    ---------> HCN + K2O
NaCN + H2O  ----------> HCN + Na2O


Penggunaan Sianida di dalam menangkap ikan.
Penggunaan sianida untuk menangkap ikan karang hidup masih banyak dijumpai di antara masyarakat tradisional. Perilaku ini merupakan salah satu perilaku ancaman masyarakat terhadap kelestarian lingkungan. Konsentrasi sianida yang terlarut dalam air yang dimasukkan ke dalam botol minuman kemasan (masyarakat biasanya menggunakannya dengan cara seperti itu) digunakan untuk tidak membunuh, tetapi hanya untuk menenagkan ikan target sehingga mudah untuk ditangkap. Sebagian besar, penangkapan ikan menggunakan sianida pada masyarakat tradisional, penyelam menggunakan "hookah" kompresor dan selang untuk memasok udara. Seorang penyelam pada selang "hookah"-kompresor akan turun dengan kedalaman 10-40 meter. Setelah melihat ikan target, penyelam akan mengejar ikan yang lari ke celah terumbu karang dan kemudian menyemprotkan sianida dari botol plastik ke celah terumbu karang. Karena menghisap air yang mengandung sianida, ikan menjadi lemas, keluar dari celah terumbu karang dan mudah ditangkap. Efek samping yang ditimbulkan adalah kematian terumbu karang akibat dari sianida. Karang yang terkena sianida akan memutih dan akhirnya mati. Kerusakan ini akan berdampak luas sepanjang sianida hanyut terbawa arus laut. Bagi kesehatan, sianida akan menempel pada jaringan lemak pada ikan (sangat mudah) dan ikan yang ditangkap dengan sianida dan dikonsumsi oleh manusia tentunya secara tidak langsung akan membawa sianida ke dalam tubuh manusia.

Senin, 25 April 2011

Antara Sarang Komodo dan Sarang Burung Gosong


Biawak komodo merupakan kadal terbesar yang sebarannya di Taman Nasional Komodo saat ini terbatas  di empat pulau dalam populasi terpisah yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Nusa Kode, dan Gili Motang. Komodo berkembang biak dengan bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di sarang. Tipe sarang komodo sendiri ada 3 jenis, yaitu sarang gundukan tanah, sarang di tebing dan sarang tanah. Sarang komodo dinyatakan aktif apabila ada aktifitas penggalian terbaru atau adanya pengamatan berulang oleh Komodo Betina terhadap darang dan sarang tidak aktif jika tidak terdapat aktifitas penggalian terbaru selama musim bersarang. Penyebaran sarang komodo di kawasan Taman Nasional Komodo biasanya berada di lembah-lembah yang merupakan hutan gugur terbuka. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh San Diego (2003), menyatakan bahwa 62 % sarang yang digunakan oleh komodo untuk bertelur adalah sarang gundukan, 19 % berupa sarang bukit, dan 19 % berupa sarang permukaan tanah. Sarang gundukan adalah tipe sarang yang berupa gundukan tanah dan biasanya berupa sarang dari burung gosong yang dimanfaatkan oleh Komodo Betina untuk bertelur. Sarang permukaan tanah adalah jenis sarang komodo yang digali oleh komodo sendiri di atas permukaan tanah yang relatif rata. Begitu juga dengan sarang tebing, merupakan tipe sarang komodo yang digali sendiri oleh komodo di tebing yang lereng.
Burung gosong kaki merah merupakan salah satu kekayaan fauna yang dimiliki oleh Taman Nasional Komodo. Burung gosong kaki merah di Taman Nasional Komodo tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Gili Motang. Burung gosong berkembang biak dengan bertelur dan menetaskan telurnya dengan menanamkan telurnya di sarang tanah yang dibuatnya dengan model gundukan tanah. Sarang burung gosong ini cukup besar dan berdiameter sampai 2 meter dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter. Sarang gundukan ini merupakan salah satu sumber penting untuk komodo betina dimana hasil penelitian dari San Diego (2003) menunjukkan bahwa 62 %  sarang komodo betina memanfaatkan sarang burung gosong sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Antara komodo dan burung gosong merupakan bentuk simbiosis parasitisma dalam hal penggunaan sarang gundukan. Mengingat mayoritas komodo betina menggunakan sarang burung gosong sebagai tempat untuk bertelur, maka kelestarian dari komodo secara tidak langsung bergantung dari kelestarian dari burung gosong.

LAHAN BASAH DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

1.                         Pengertian lahan basah
Lahan basah adalah suatu wilayah yang tergenang air, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, mengalir atau tergenang, tawar asin atau payau, termasuk di dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut paling rendah. Taman Nasional Komodo merupakan kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi baik itu di wilayah terestrial maupun perairan. Di wilayah perairan, lahan basah memiliki peranan yang sangat vital bagi denyut nadi konservasi jangka panjang.

2.                          Jenis-jenis dan manfaat lahan basah di Taman Nasional Komodo.
Jenis-jenis lahan basah dapat berupa rawa, hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, danau, muara, sungai, sawah, tambak dan kolam garam. Lahan basah yang ada di Taman Nasional Komodo dapat ditemukan dalam bentuk hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun.
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Akar pohon dari jenis mangrove mempunyai bentuk adaptasi untuk  keperluan respirasi. Bisa berupa akar lutut, akar tunjang, maupun bentuk yang lainnya. Beberapa jenis mangrove yang terkenal antara lain Bakau (Rhizopora spp.), Api-api (Avicennia spp.), Pedada (Sonneratia spp.) dan Tanjang (Bruguiera spp.)

 Gambar 1.  Peta penyebaran vegetasi rumput laut dan bakau di Taman Nasional Komodo

Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae merupakan suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang



Gambar 2.  Peta penyebaran terumbu karang di Taman Nasional Komodo
Gambar 3. Terumbu karang dangkal di depan Kampung Rinca.

Padang lamun merupakan ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Terkadang, vegetasi lamun dijumpai setelah vegetasi mangrove dan fungsinya dapat berperan sebagai filter lumpur /tanah yang hanyut bersama air ke pantai setelah mampu lolos tertahan oleh perakaran vegetasi mangrove. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Di Taman Nasional Komodo, lamun adalah sumber pakan utama duyung. dan didominasi tumbuhan

       Pemanfaatan lahan basah di Taman Nasional Komodo oleh masyarakat
Ekosistem Mangrove yang sehat memberikan manfaat yang begitu penting bagi masyarakat. Mangrove merupakan pelindung alami yang kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai dan juga penahan angin pantai yang berhembus kencang, selain itu sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, kepiting, dan burung. Pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat adalah sebagai tempat untuk mencari sumber daya perairan seperti ikan, udang, dan kepiting bakau. Persebaran mangrove di Taman Nasional Komodo dapat dilihat pada gambar 1 tersebut di atas.
Paparan terumbu karang di Taman Nasional Komodo dapat ditemui hampir di sekeliling pulau-pulau sampai kedalaman 40 meter. Persebaran terumbu karang di Taman Nasional Komodo dapat dilihat pada Gambar 2. Paparan terumbu karang yang sehat merupakan tempat bagi ikan untuk berpijah dan juga sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll, sebagai benteng " pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat pantai dan juga sebagai tempat untuk wisata (dive spot). Sebagian besar terumbu karang di Taman Nasional Komodo masuk dalam zona bahari (Wilayah Larang Ambil) dikarenakan fungsinya yang sangat vital bagi keberlanjutan pemanfaatan sumber daya perikanan. Pantai-pantai yang dangkal di sekitar Taman Nasional Komodo baik itu di sekitar zona pemukiman maupun di zona pemanfaatan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai daerah untuk budidaya rumput laut.
Ekosistem padang lamun di Taman Nasional Komodo dapat ditemukan di beberapa tempat. Ekosistem ini berada di antara ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Padang lamun yang berada di sekitar Pulau Papagaran merupakan daerah bertelurnya ikan sancara yang sangat lezat rasanya dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Pemanfaatan padang lamun oleh masyarakat selama ini, masih terbatas sebagai daerah untuk mencari sumber daya laut seperti teripang, kepiting, maupun ikan sancara.